Minggu, 06 November 2011

MAKALAH PENANGANAN ANAK HIPERAKTIF PADA USIA DINI-SD

Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang

Perilaku siswa-siswi usia sekolah saat ini sangat beragam, Salah satu perilakunya adalah anak-anak yang sangat sulit di atur, tidak bisa diam dan seolah-olah tidak memperhatikan pelajaran di kelas. Anak-anak tersebut biasanya mengalami gangguan dalam perkembangannya yaitu gangguan hiperkinetik yang secara luas di masyarakat disebut sebagai anak hiperaktif.

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaraan guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang diajarkan guru kepadanya. Selain itu juga, prestasi belajar anak hiperaktif juga tidak bisa maksimal. Untuk itulah dibutuhkan suatu pendekatan untuk membantu anak-anak yang hiperaktif tersebut supaya mereka dapat memaksimalkan potensi diri dan meningkatkan prestasinya. Pendekatan ini yaitu dengan pendekatan yang dilakukan oleh lingkungan keluarga sendiri yaitu bimbingan oleh orang tua dan pendekatan dari sekolah yaitu bimbingan konseling berupa layanan / treatment yang sesuai dengan kebutuhannya. Sehingga dengan demikian, diharapkan setiap anak akan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik tanpa terkecuali, karena pengajaran yang diberikan telah disesuaikan dengan kemampuan dan kesulitan yang dimilikinya.



B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dikaji dalam penulisan ini adalah :
1.      Apa pengertian anak usia dini?
2.      Apa pengertian Hiperaktivitas?
3.      Apa saja faktor-faktor penyebab Hiperaktivitas?
4.      Apakah ciri-ciri anak Hiperaktif?
5.      Apa pengaruh Hiperaktivitas terhadap perkembangan anak?
6.      Bagaimana cara mengatasi Hiperaktivitas?
C. Tujuan Penulisan
            Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi masalah anak yang Hiperaktif. Serta ingin memperluas ilmu sosial.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini antara lain :
1.      Memperluas cakrawala berfikir kita mengenai masalah anak yang Hiperaktif serta solusinya.
2.      Sebagai media informasi dalam dunia pendidikan terutama PAUD-SD










BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Anak Usia Dini

Siapa yang disebut anak usia dini ?
            Ada beragam pendapat tentang hal ini. Batasan tentang anak usia dini antara lain disampaikan oleh NAEYC (National Association for the Education of young Children) yang mengatakan bahwa anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam program pendidikan, pra sekolah baik swasta maupun negeri ,TK, dan SD (NAEYC 1992).[1]
Karakteristik Anak Usia Dini ;
  1. Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Besar
  2. Merupakan Pribadi yang Unik
  3. Suka Berfantasi dan Imajinasi
  4. Masa paling Potensial untuk Belajar
  5. Menunjukan Sikap Egosentris
  6. Memiliki Rentang Daya Konsentrasi yang Pendek
  7. Sebagai bagian dari Makhluk social




Teori Perkembangan Anak
Tahapan psikososial (Erikson)
Kepercayaan dasar Vs ketidakpercayaan (lahir hingga 12-18 bulan). Bayi mengembangkan perasaan bahwa dunia merupakan tempat yang baik dan aman. Hikmah : Harapan
Autonomi Vs rasa malu dan ragu (12-18 bulan hingga 3 tahun),anak mengembangkan keseimbangan independen dan kepuasan diri terhadap rasa malu dan keraguan .Hikmah: Kehendak

Inisiatif Vs rasa bersalah (3 hingga 6 tahun)Anak mengembangkan inisiatif ketika mencoba aktivitas baru dan tidak terlalu terbebani oleh rasa bersalah. Hikmah :Tujuan

Industry Vs Inferioritas (6 tahun hingga pubertas) Anak harus belajar keterampilan budaya atau menghadapi perasaan tidak kompeten. Hikmah : keterampilan

Identitas Vs kekacauan identitas (pubertas hingga dewasa awal)Remaja harus menentukan pemahaman akan diri sendiri (“siapakah saya ini ?”) atau mersakan kekacauan peran . Hikmah : Loyalitas atau dapat dipercaya

Intimasi Vs isolasi (dewasa awal) Individu mencoba membuat komitmen dengan orang lain; apabila tidak sukses maka dia akan menderita isolasi dan pemisahan diri. Hikmah :  Cinta
Produktivitas Vs stagnasi (dewasa tengah). Perhatian orang dewasa yang sudah matang adalah membangun dan membimbing generasi selanjutnya atau merasa tidak percaya diri. Hikmah : Rasa peduli
Integritas ego Vs putus asa (dewasa akhir) individu yang lebih tua mendapatkan penerimaan terhadap hidup, membuatnya dapat menerima kematian, atau sebaliknya. Putus asa atas ketidakmampuannya menghidupkan kembali hidupnya. Hikmah : Kebijaksanaan
Teori Paeget perkembangan Kognitif
Sensiromotor (lahir hingga 2 bulan ) secara gradual bayi mulai dapat mengorganisir aktivitas yang berhubungan  dengan lingkungan melalui aktivitas sensoris dan motorik.
Preoperasional (2 hingga 7 tahun), anak mengembangkan system representasional dan mengunakan symbol untuk mempresentasikan orang, tempat, dan peristiwa ,bahasa, dan imajinasi memainkan peran manifestasi penting tahap ini. Pemikiran masih belum logis.
Operasi kongkrit (7 hingga 11 tahun), anak dapat memecahkan masalah secara logis jika mereka difokuskan kepada situasi saat ini, tetapi tidak dapat berfikir abstrak.
Operasi formal (11 tahun hingga masa dewasa). Individu dapat berfikir secara abstrak, berhadapan dengan situasi hipotetik dan berfikir tentang kemungkinan-kemungkinan.[2]

B. Pengertian Hiperaktivitas

Kata “hiperaktivitas” (hiperaktivity) digunakan untuk menyatakan suatu pola prilaku pada seseorang yang menunjukan sikap tidak mau diam, tidak menaruh perhatian dan implusif (semau gue). Anak-anak yang hiperaktif selalu bergerak. Mereka tidak mau diam bahkan dalam situasi-situasi, misalnya ketika sedang mengikuti pelajaran di kelas yang menuntut agar mereka bersikap tenang. Mereka tidak pernah merasakan asyiknya permaianan atau mainan yang umumnya disukai anak-anak lain seusia mereka, sebentar-sebentar mereka tergerak untuk beralih dari permainan atau mainan satu ke yang lain.[3]

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa dalam Irawati Ismail (2009).
Dr. Seto Mulyadi dalam Irawati Ismail (2009) dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“ mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah : Hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, Tidak bisa berkonsentrasi dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif.[4]

Hiperaktivitas juga mengacu ke tiadanya pengendalian diri, misalnya mengambil keputusan atau kesimpulan tanpa memikirkan akibat-akibat yang mungkin timbul, dan sering menyebabkan pelakunya terkena hukuman atau mengalami kecelakaan.[5]

Hiperaktivitas tidak selalu harus dinyatakan sebagai penyakit. Kendatipun demikan, hiperaktivitas juga bisa merupakan gejala(symptom) yang menunjukkan adanya sesuatu yang salah dalam perkembangan anak anda. Kalau anak anda hampir sepanjang waktu tampak sangat hiperaktif, dalam situasi apapun yang dihadapinya maka gejala ini perlu diselidiki. Perangai demikian mungkin tetap ada untuk jangka waktu yang panjang dan cukup parah untuk mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, kemampuan belajarnya, dan kebahagiaannya. Pola tingkah laku ini kadang-kadang disebut “sindrom hiperkinetik”. Umumnya sindrom hiperkinetik  menyebabkan seorang anak tidak bisa menjadi dewasa. Anak seperti ini tidak dapat mengembangkan pengendalian dirinya dengan laju yang sama seperti pada anak-anak lain yang seusia.[6]

            Di banyak negara penyebab pola prilaku ini berbeda-beda, baik secara fisik maupun psikologik, ada yang turunan, ada pula karena pengaruh lingkungan. Di hampir seantaro dunia, hiperaktivitas dipandang sebagai suatu risiko terhadap perkembangan psikologik, dan karena itu tidak mengherankan bila banyak orang yang mencemaskannya dan berusaha membantu memecahkannya.[7]

            Hiperaktivitas yang diderita oleh anak-anak hiperaktif biasanya tidak dalam tingkat yang sama. Hiperaktivitas mereka biasanya menurun sampai saat mereka beranjak remaja. Yang lebih menghawatirkan adalah bahwa mereka cenderung mengalami kegagalan di sekolah, yang bisa menyebabkan sangat buruknya penilaian terhadap diri mereka sendiri, dan mereka cenderung menghukum diri atau membalas dendam dengan merusak hubungan antara mereka dengan orang-orang yang paling dekat.[8]

            ADHD diderita oleh sekitar 2-11 % anak usia sekolah seluruh dunia (Zametkin & Ernst,-1999) & sampai 3-4 % terdapat di AS (Bloom & Tonthat,2000) ;USDHHS,1999c ), walaupun beberapa riset menyatakan penyebaran tidak dapat diperkirakan (Rowlan et all,2002). Gangguan tersebut ditandai dengan beerkesinambungannya ketidak mampuan memperhatikan, tingkat ketertarikan terhadap gangguan (distractibility), impulsivitas,toleransi yang rendah terhadap frustasi dan banyak aktivitas yang dilakukan pada waktu dan tempat yang salah seperti di ruang kelas (APA,1994). Anak laki-laki memiliki kecendrungan empat kali lipat lebih besar daripada anak perempuan (Barkley,1998b;USDHHS,1999c;Zametkin & Ernst,1999).[9]

C. Faktor-Faktor Penyebab Hiperaktif

Ada beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif antara lain:
1. Faktor Genetik
Anak laki-laki dengan eksra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih
                memungkinkan hiperaktif dibanding kembar dua telur.

2. Faktor Neurologik
Penelitian menunjukan, anak hiperaktif lebih banyak disebabkan karena
gangguan fungsi otak akibat sulit saat kelahiran, penyakit berat, cidera otak.

3. Faktor Lingkungan
Racun atau limbah pada lingkungan sekitar bisa menyebabkan hiperaktif terutama keracunan timah hitam (banyak terdapat pada asap knalpot berwarna hitam kendaraan bermotor yang menggunakan solar).

4. Faktor Kultural dan Psikososial
a. PemanjaanPemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
b. Kurang disiplin dan pengawasan.
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang dibatasi. Jika anak dibiarkan begitu saja untuk berbuat sesuka hatinya dalam rumah, maka anak tersebut akan berbuat sesuka hatinya ditempat lain termasuk di sekolah. Dan orang lain juga akan sulit untuk mengendalikannya di tempat lain baik di sekolah.
c. Orientasi kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan menyesuaikan diri.[10]

Satu hal lain yang membantu berkembangnya hiperaktivitas adalah penggunaan hukuman secara tidak bijaksana oleh orang tua.[11]

D. Ciri-ciri Anak Hiperaktif

Ada tiga tanda utama anak yang menderita ADHD menurut Irawati Ismail (2009), yaitu:
1.Tidak ada perhatian.
Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau ketidak mampuan untuk berkonsentrasi pada beberapa hal seperti membaca, menyimak pelajaran, dan sering tidak mendengarkan perkataan oranglain.

2.Hiperaktif
Mempunyai terlalu banyak energi. Misalnya berbicara terus menerus, tidak
mampu duduk diam, selalu bergerak, dan sulit tidur

3. Impulsif.
Sulit untuk menunggu giliran dalam permainan, sulit mengatur pekerjaanya, bertindak tanpa dipikir, misalnya mengejar bola yang lari ke jalan raya, menabrak pot bunga pada waktu berlari di ruangan, atau berbicara tanpa dipikirkan terlebih
dahulu akibatnya.

Ciri-ciri khusus anak yang hiperaktif menurut Irawati Ismail (2009) diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Sering menggerak-gerakkan tangan atau kaki ketika duduk, atau sering menggeliat.
2. Sering meninggalkan tempat duduknya, padahal seharusnya ia duduk manis.
3. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan pada keadaan yang tidak
         selayaknya.
4. Sering tidak mampu melakukan atau mengikuti kegiatan dengan tenang.
5. Selalu bergerak, seolah-olah tubuhnya didorong oleh mesin. Juga, tenaganya tidak pernah habis.
6. Sering terlalu banyak bicara
7. Sering sulit menunggu giliran
8. Sering memotong atau menyela pembicaraan
9. Jika diajak bicara tidak dapat memperhatikan lawan bicaranya (bersikap apatis
  terhadap lawan bicaranya).[12]

E. Pengaruh Hiperaktivitas Terhadap Perkembangan Anak

Menurut Irawati Iskandar (2009), pengaruh jangka panjang terhadap anak yang mengalami Gangguan Pemusatan Perhatian dengan Hiperaktivitas (GPPH/ADHD).
1. Anak tidak dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik, sehingga akhirnya
    mengalami kegagalan sekolah.
2. Anak sering tidak patuh terhadap perintah orang tua.
3. Anak sulit didisiplinkan, sehingga akhirnya mempunyai hambatan fungsi sosial dan pekerjaan.

Dalam upaya pencegahan, yang penting bagi kita adalah :
1. Mencoba menganalisis masalah yang dihadapi.
2. Mencari jalan untuk mencairkan suasana yang terlanjur tegang dan berusaha membina kembali hubungan yang hangat dan positif, yanag selanjutnya akan digunakan sebagai landasan untuk pelaksanaan sistem kontrol.
3. Menerima atau mencari bantuan dari luar bila diperlukan.[13]

F. Mengatasi Hiperaktivitas

            Orang tua dan anak-anak hiperaktifnya berkembang dengan baik sering kali adalah orang tua yang berhasil mengatasi sendiri masalah mereka.
1. Mereka telah menemukan cara-cara untuk mengidentifikasi dan merangsang pengendalian diri anak mereka.
2. Mereka memberlakukan aturan-aturan yang jelas, dan mereka berusaha sebanyak mungkin meluangkan waktu untuk kegiatan-kegiatan bersama anak mereka bahkan meskipun di antara mereka juga sering terjadi pertentangan.
3. Mereka berusaha mengendalikan diri mereka sendiri.
4. Sebagai suami istri, mereka tetap berusaha agar pendekatan mereka sejalan.[14]

            ADHD sering kali ditanggani dengan obat, terkadang dikombinasikan dengan terapi prilaku,konseling,pelatihan keterampilan sosial,dan penempatan ruang kelas khusus. Dalam jangka pendek psikomotorik stimulan seperti Methylphenidate (“Ritalin”), yang digunakan dalam dosis yang tepat tampaknya aman dan efektif, akan tetapi dampak jangka panjangnya tidak diketahui (AAP Committee On Children with disabilities dan committee on Drugs,1996;Elia et all,1999;NIH,1998;Rodrigues,1999;USDHHS,1999c; Zametkin,1995;Zametkin & Ernst,1999).sebuah studi 14 bulan yang dilakukan secara acak terhadap 579 anak penderita ADHD usia 7 sampai 9 tahun menemuka program perawatan denagn Ritalin yandg dimonitor secara hati-hati, baik berdiri sendiri atau dikombinasikan dengan modifikasi prilaku, lebih efektif di bandingkan dengan terapi prilaku saja atau perawatan komunitas standar (MTA cooperative group,1999). Obat lebih baru yang disebut Atomoxehrie tampaknya juga aman dan efektif bagi ADHD (Michelson et al,2001).[15]

A).Metode Penanganan Anak Hiperaktif diLingkungan Keluarga

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka yang tergolong hiperaktif :
1. Orang tua perlu menambah pengetahuan tentang gangguan hiperaktifitas
2. Kenali kelebihan dan bakat anak
3. Membantu anak dalam bersosialisasi
4.Menggunakan teknik-teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif (misalnya memberikan pujian bila anak makan dengan tertib), memberikan disiplin yang konsisten, dan selalu memonitor perilaku anak.
5. Memberikan ruang gerak yang cukup bagi aktivitas anak untuk menyalurkan kelebihan energinya
6. Menerima keterbatasan anak
7. Membangkitkan rasa percaya diri anak
8. Bekerja sama dengan guru di sekolah agar guru memahami kondisi anak yang sebenarnya.
9. Latih anak-anak dapat medisiplin diri sendiri dengan sistematis, konsisten, jelas
dan konsekuen.
10. Jangan menghukum anak hiperaktif karena itu bukan sepenuhnya kesalahan dia
.
11. Jangan menjuluki anak hiperaktif dengan julukan yang buruk, seperti nakal, bodoh, dan lain sebagainya, karena mereka akan menjadi seperti apa yang kita katakan. Dan menjadi anak yang tidak percaya diri.
12. Penanganan sebaiknya diberikan mulai dari keluarga terdekat (ibu).
13. Memberikan kasih sayang kepada anak namun tidak memanjakannya.
14. Ketika menasehati anak sebaiknya jelas dan spesifik serta diulang-ulang agar
anak mudah memahami dan menggunakan kekerasan.
15. Menjalin komunikasi yang baik dengan anak, selalu katakan ia anak baik dan   berikan apresiasi bila ia melakukan hal yang baik.
16. Hindari tayangan TV, video dan games yang bersifat kekerasan
17. Praktekan pola hidup sehat dengan menu makanan alamiah yang sesuai
Kebutuhan anak.

B). Penanganan Anak Hiperaktif di Taman Kanak-Kanak
           
            Untuk penanganan anak hiperaktif di Taman Kanak-kanak dapat mengunakan metode bermain, metode ini sangat baik diberikan kepada anak hiperaktif karena anak akan belajar mengendalikan diri sendiri dan memahami dunianya. Dengan menggunakan metode bermain kepada anak seperti ini diperlukan guru-guru yang harus menemaninya. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreatifitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang dapat menyalurkan bakat si anak. Bagi anak seperti ini, metode ini dapat diberikan dan anak akan merasa sangat senang. Karena anak itu dapat dengan bebas melakukan kegiatannya yang dirasakan cukup baik bagi dirinya. Melalui kegiatan bermain ini anak dapat menggunakan fisik-motorik. Bermacam-macam cara dan teknik dapat dipergunakan dalam kegiatan tersebut seperti merayap, berlari, merangkak, berjalan, melompat, menendang dan melempar. Guru atau pembimbing anak dapat melakukan metode bermain ini sehingga anak tersebut tidak cepat bosan dengan cara yang diberikan oleh guru. Seperti mengajak anak untuk bernyanyi yang menggunakan aturan main, anak seperti ini akan tertarik untuk melakukannya.
            Kegiatan bermain dapat membantu penyaluran kelebihan tenaga. Setelah melakukan kegiatan bermain anak memperoleh keseimbangan antara kegiatan dengan menggunakan kekuatan tenaga dan kegiatan yang memerlukan ketenangan. Anak dapat menyalurkan rasa ingin tahunya dengan menggunakan metode bermain ini seperti bagaimana caranya memasak, mengapa pohon layu bila tidak diberi air, dan sebagainya. Kegiatan menggambar dapat juga diberikan kepada anak hiperaktif termasuk didalam kegiatan bermain. Anak dalam menggambar dapat menggunakan pensil warna dan kertas gambar. Cara seperti ini merupakan salah satu kegiatan yang dapat menyalurkan tenaga pada dirinya.

Penanganan anak hiperaktif melalui bimbingan dan konseling di Taman Kanak-Kanak, dapat pula dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Mulailah pelajaran dengan kegiatan yang mengeluarkan energi, seperti gerak dan lagu. Tujuannya untuk mengurangi kelebihan energi khususnya pada anak yang hiperaktif.
2. Tutuplah benda-benda yang menarik perhatian anak.
3. Gunakan warna cat yang lembut untuk kelas dan peralatan yang ada serta hindari warna-warna yang terlalu menyolok.
4. Selalu menjelaskan kepada anak hiperaktif mengenai kegiatan yang akan dilakukan, meliputi jenis kegiatannya, hasil yang diharapkan, dan lama waktu yang dibutuhkan agar anak tersebut senantiasa mengingat tugasnya.
5. Berilah label pada setiap tempat penyimpanan benda karena anak yang hiperaktif suka mengambil benda dan lupa mengembalikannya.[16]








BAB III
PENUTUP

  1. Kesimpulan
                Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficit and hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction syndrome. Terhadap kondisi siswa yang demikian, biasanya para guru sangat susah mengatur dan mendidiknya. Di samping karena keadaan dirinya yang sangat sulit untuk tenang, juga karena anak hiperaktif sering mengganggu orang lain, suka memotong pembicaran guru atau teman, dan mengalami kesulitan dalam memahami sesuatu yang
diajarkan guru kepadanya.
            Bimbingan dan konseling menjadi sarana mengatasi anak hiperaktif baik bimbingan konseling yang dilakukan di rumah maupun di sekolah. Selain itu perlu ada kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua dalam menangani anak yang hiperaktif. Kerjasama yang baik antara semua pihak dalam menangani anak hiperaktif akan sangat membantu dalam perbaikannya kedepan demi masa depan anak tersebut.

  1. Saran
                Dengan bantuan yang khusus dari ibu bapak, guru-guru, para dokter,atau lingkungan bermain, anak-anak ADHD akan mampu menangani masalah kurang pemusatan perhatian atau hiperaktif mereka dengan lebih baik. Mereka juga dapat menyalurkan tingkah laku hiperaktif mereka dalam suasana yang sesuai seperti latihan fisik atau senam. Oleh karena itu, lebih baik memilihkan aktivitas yang memberi mereka kebebasan bergerak. Atau membuat diagnosis lengkap yang memerlukan penilaian dari seorang pakar yang berpengalaman dalam mengevaluasi beberapa hal yang bisa menimbulkan sikap yang tidak dapat memusatkan perhatian. Diagnosis dibuat dengan mempelajari corak tertentu tingkah laku anak-anak serta laporan tingkah laku mereka di rumah dan di sekolah dari ibu bapak dan guru sekolah. Kerapakali perawatan ADHD yang berhasil, melibatkan pendekatan multidisiplin yang melibatkan bidang pengobatan, psikologi, social dan pendidikan.Untuk penanganan anak hiperaktif sebaiknya memiliki kelas khusus yang bisa menanganinya
secara benar dan tepat seperti kelas Inklusi.
























DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, sity, dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar AUD, Jakarta; Universitas Terbuka,2009

Papalia E. Diane, Sally wendkos old, Ruth Duskin Feldman, Human Development ( Psikologi Perkembangan), Cet : Ke-1,  Jakarta; Kencana, 2008

Taylor Eric, Anak yang Hiperaktif, Jakarta; PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992

http://earlychildhoodeducation-fifi.blogspot.com/2011/01/bk-di-tk.html 14/10/11




          [1] Sity Aisyah, , dkk. Perkembangan dan Konsep Dasar AUD, (Jakarta : Universitas Terbuka,2009), h. 13


          [2]  Diane E. Papalia, Sally wendkos old, Ruth Duskin Feldman, Human Development ( Psikologi Perkembangan), Cet : Ke-1, ( Jakarta : Kencana, 2008), h. 41


          [3] Eric Taylor, Anak yang Hiperaktif, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h.2

                [5] Loc.Cit
                [6] Ibid hal. 4

                [7] Ibid hal. 11

                [8] Ibid hal. 12
[9] Human Development (Psikologi Perkembangan), Op.Cit., h. 470


               
                [11] Anak yang Hiperaktif, Op.Cit., H. 70
[13] Anak yang Hiperaktif, Op.Cit., H. 65


[14] Ibid hal. 87
            [15] Human Development (Psikologi Perkembangan), Op.Cit., h. 471

5 komentar:

  1. Pusat Terapi & Tumbuh Kembang Anak Rumah Sahabat Yogyakarta melayani terapi untuk anak-anak autism, ADD, ADHD, Down syndrom, CP dll dengan terapi terpadu, speech therapy, sensori integrasi, behavior therapy, fisioterapi, pendampingan ke sekolah umum, home visit therapy. Beralamat di Jl Perintis Kemerdekaan, Perum Gambiran C 2 UH V Yogyakarta. untuk info lebih lanjut hubungi 0274 8267882

    BalasHapus
  2. mas arul ini kuliah jurusan PAUD kh???

    BalasHapus
  3. bukan saya kuliah di stain samarinda,,,,,,

    BalasHapus
  4. Boleh minta copy failnya mas, kebetulan kini baru mempelajari masalah ABK ini

    BalasHapus