Banyak versi cerita tentang Balikpapan. Antara lain, dari kayu papan
yang terbalik. Dari Suku Balik, yang disebut suku asli kota ini. Ada
juga kisah sejarah tentang Balikpapan versi Kesultanan Kutai Ing Martadipura. Percaya tak percaya, inilah legenda yang menjadi cerita…
SEJARAH Kota Balikpapan punya versinya sendiri bagi
Aji Pangeran Proyo Projo. Ditemui saat ritual Erau BalikDelapan di
Pantai Kilang Mandiri, Banua Patra Balikpapan, belum lama ini,
tertuturkan cerita bahwa pada dulu kala, ada Dewa bernama Sanghiyang
Ario Bangsa yang mempunyai seorang anak laki-laki bernama Aji Betara
Agung Dewa Sakti yang diturunkan dari Jangkat atau kayangan ke bumi
sekira abad 13 Masehi. “Mungkin pada abad ke 13 inilah, nama Balikpapan
pertama kali muncul, “ ceritanya.
Nun pada suatu hari di masa itu, Aji mengisahkan sambil menuliskan
sesuatu di secarik kertas, bahwa ada delapan ekor naga datang ke kota
ini mencari kemala mereka yang hilang di tengah samudera. “Delapan ekor
naga itu tidak diketahui dari mana asalnya,” tuturnya.
Naga asing itu, lanjut Aji, kemudian melihat ada cahaya di Pulau
Kalimantan. Mereka lalu berangkat menuju Pulau Kalimantan karena cahaya
tersebut disangka Kemala yang dicari-cari.
Ketika kumpulan naga itu sampai di Muara Sungai Mahakam, ternyata
cahaya tersebut memagari seluruh kawasan muara sungai dengan cahaya
pelangi. “Muara tersebut dijaga dua ekor naga yang bermahkota,”
kisahnya.
Ke delapan ekor naga tadi berputar-putar dan membuat gelombang air
hingga menggunung. Melihat keadaan itu, marahlah dua ekor naga yang
bermahkota penjaga muara Sungai Mahakam. Tak lama, diseranglah delapan
ekor naga asing itu dan terjadilah pertarungan yang sengit. Saking
sengitnya pertarungan itu, menurut Aji, dikisahkan berlangsung selama
tiga hari tiga malam.
Mengingat kekuatan yang dimiliki dua naga itu, delapan ekor naga tadi
kewalahan. “Karena terdesak, mereka mundur dan terus mundur sampai di
tengah laut yang pada saat itu belum bernama teluk atau laut
Balikpapan,” paparnya.
DELAPAN NAGA BERBALIK
Delapan ekor naga itu berbalik melarikan diri ke Samudera. Adapun
kemala yang mereka cari, timbul tenggelam di tengah laut. “Pada
akhirnya, kemala tersebut terdampar di pinggir pantai, dan berubah
menjadi pulau kecil yang disebut Pulau Tokong, dan sekarang lebih
dikenal dengan Pulau Tukung. Dalam Bahasa Kutai, Tokong berarti halus
atau kecil,” tambahnya.
Kembali ke Aji Betara Agung Dewa Sakti yang diceritakan di awal,
setelah delapan ekor naga itu berbalik menuju Samudera, Aji Betara Agung
datang dengan beberapa penggawanya melihat-lihat di mana tempat
pertarungan dan dimana tempat kembalinya delapan ekor naga itu.
“Setelah Aji Batara Agung Sakti mengetahui tempat delapan ekor naga itu
berbalik, maka di tempat berbaliknya naga asing menuju samudera
itulah, dinamai BalikDelapan,” paparnya.
Aji Batara Agung Sakti lalu pergi menuju pantai dimana Kemala milik
naga-naga itu terdampar -- yang diceritakan telah berubah menjadi Pulau
Kecil/ Pulau Tokong.
“Di Pulau Tukung itu, Aji Batara Agung Sakti langsung menabur Wija
Kuning atau beras kuning serta membakar dupa laki bini,” jelasnya.
Di saat itu, Pulau Kecil itu bernama Pulau Tokong/ Tukung. Aji Batara
Agung Dewa Sakti langsung bersemedi dan muncullah ikan besar yang ikut
menjaga keberadaan Pulau Tokong itu.
Di akhir pertemuan, Aji menekankan bahwa apa yang dikisahkan itu adalah
legenda. “Tentu secara logika kurang bisa diterima. Namun versi cerita
ini memang ada. Mungkin beberapa cerita legenda bisa diturunkan ke anak
cucu kita,” tandasnya.
Posted By Arul 10/02/2012
http://www.kaltimpost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=125500